:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2803545/original/002238600_1557720398-IMG_6263.jpg)
Esensi film ini sebenarnya menemukan cinta sejati dengan latar kebudayaan Batak yang eksotik. Ide cerita Pariban berawal dari keresahan akan pudarnya kecintaan terhadap Batak. Karenanya, film ini disisipi suasana di lapo, nyanyian soal pariban, upacara adat, museum benda peninggalan leluhur, suasana pasar trasisional, hingga penjelasan gamblang asal-usul suku Batak serta apa yang dimaksud pariban.
Sensasi serasa belajar geografi dan antropologi di layar lebar tak terhindarkan. Agar tidak terasa berat, beberapa materi humor ditabur. Sayangnya, sutradara dan penulis naskah belum berani beranjak sepenuhnya dari humor seputar WC dan persepsi alat kelamin. Andai mau konsisten soal perangai, gaya bicara, dan gegar budaya Halomoan di kampung leluhurnya, Pariban berpotensi menjadi komedi yang lebih berkelas.
Akting Ganindra dan Atiqah asyik. Atiqah dalam banyak adegan tampak tak berjarak dengan para pemeran pendukung termasuk figuran di pasar tradisional. Sementara Ganindra dengan gaya narsistik dan gestur yang terlalu percaya diri terlihat menarik. Performanya membuat kami percaya bahwa Halomoan orang sukses. Kami pun maklum jika ia punya banyak pacar.
Sayangnya, setelah menanti 1,5 jam lebih, tak ada akhir yang melegakan dari cerita cinta segitiga ini. Sang produser percaya diri untuk melanjutkan kisah ini di masa mendatang. Yang dibutuhkan mayoritas penonton adalah kisah cinta dengan akhir mengesankan. Perkara mau ada sekuel, pasti ada saja celah cerita yang bisa dikembangkan dari Pariban ini. (Wayan Diananto)
from Berita Gosip Terbaru Dunia Hiburan Indonesia Dan Luar Negeri kalo berita nya kurang lengkap buka aja link yang disamping http://bit.ly/2vT8TSn
No comments:
Post a Comment